kelompok

Jumat, 26 Oktober 2012

Halusinasi


Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah satu pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Shella L. Videheck, 2001 : 298).
Halusinasi adalah sensori yang timbul berdasarkan pada stimulus internal yang tidak sesuai dengan kenyataan (Ruth F. Craven, 2002 : 1179)
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola stimulus (baik dimulai dari internal ataupun eksternal) yang dihubungkan dengan sesuatu kekurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kegagalan dalam berespon terhadap setiap stimulus (Mary C. Townsend, 1998 : 224).
Halusinasi adalah penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal (Harold I. Kapian, 1998 : 267).
Dengan demikian halusinasi adalah persepsi tentang objek, bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal.
Jenis-jenis halusinasi :
a.       Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
b.      Halusinasi pendengaran.
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
c.       Halusinasi penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber-sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d.      Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuai yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa nyaman yang tidak enak.
e.       Halusinasi perabaan
Klien merasa sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak merasakannya (Rasmun, 2001 : 23)
Halusinasi adalah persepsi sensori keadaan dimana individu tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata dapat memusatkan perhatian tanpa adanya rangsangan eksternal.

1.      Etiologi
a.       Faktor Pendukung
1.      Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neorobiologik yang adaptif.
2.      Psikologis
Orang tua yang salah mendidik anak, konflik perkawinan, koping menghadapi stress tidak konstruktif
3.      Sosial budaya
Ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stres yang menumpuk.

b.      Faktor pencetus
    1. Biologi
Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang adaptif termasuk gangguan dalam pusaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
    1. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan cabang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
    1. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang adaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan dan sikap individu (Stuart dan Sundeen, 1998 : 309 – 310)

3.       Patofisiologi
a.       Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi merupakan sesuatu kesenangan.
1.      Karakteristik
Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas, dan pikiran pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (non psikotik)
2.      Prilaku klien
Tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

b.      Tahap II
Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.
1.      Karakteristik
Pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan kontrol dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
2.      Prilaku klien
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.

c.       Tahap III
Mengontrol, tingkat kecemasan berat dan pengalaman halusinasi tidak dapat di tolak lagi.
1.      Karakteristik
Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi) isi halusinasi menjadi atraktif, dan kesepian bila pengalaman sensori berakhir (psikotik).
2.      Prilaku klien
Perintah halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik dan tidak mampu mengikuti perintah dan perawat, tampak tremor dan berkeringat.

d.      Tahap IV
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik.
1.      Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam dan halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari.
2.      Prilaku klien
Prilaku panik, resiko tinggi mencederai, agirasi atau kataton serta tidak mampu berespon terhadap lingkungan (Menurut Tim Keperawatan Jiwa FIK – UI, 1999, dikutip oleh Rasmun, 2001 : 24)

4.       Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah :
a.       Bicara, senyum, tertawa sendiri.
b.      Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasa sesuatu tidak nyata.
c.       Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d.      Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata.
e.       Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f.       Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g.      Sikap curiga
h.      Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
i.        Sulit membuat keputusan, ketakutan.
j.        Tidak mampu melakukan asuhan mandiri
k.      Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
l.        Muka merah dan kadang pucat.
m.    Ekspresi wajah tegang
n.      Tekanan darah meningkat, nadi cepat dan banyak keringat (Mary C. Townsend, 1998 : 98 – 103)

5.  Penatalaksaan Medis
Prinsip umum :
a.       Pendekatan pada individu
b.      Farmakoterapi (anti psikotik) harus ditunjang oleh psikoterapi seperi klorpromazin 150 – 600 mg/hari, Haloperidol 5 – 15 mg/hari perpenozin 12 – 24 Mg/hari dan Flufenozin 10 – 15 Mg/hari. Obat dimulai dengan dosis oral sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan, sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini di pertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilitas), kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan.
Dipertahankan 8 bulan sampai 2 tahun (diselingi masa bebas obat 1 – 2 hari/minggu dan kemudian topering of, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan dihentikan.
c.       Satu macam pendekatan terapi tidak cukup
Tujuan utama di rumah sakit adalah ikatan efektif antara Px dan sistem pendukung masyarakat (Arip Mansjoer, 1999 : 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar