kelompok

Jumat, 26 Oktober 2012

konsep diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, et al. 1998:319)
Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap  melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan lingkungan.  Konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.

       Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320)



                        Adaptif                                                           Maladaptif
Aktualisasi        Konsep Diri    Harga Diri    Keracunan      Depersonalisasi
Diri                    Positif             Rendah         Identitas





      Komponen konsep diri, terdiri dari 5 bagian, yaitu:
a.       gambaran diri (body image)
Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b.      ideal diri (self  ideal)
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai standar pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang yang diinginkan).
c.       identitas (identity)
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh.
d.      peran (role)
Pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e.       harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
           
       Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa. (Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI, 1992)

1.      Etiologi
Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidak berdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya dukungan sosial.
a.       Faktor Predisposisi yang mungkin mengakibatkan adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat:
1)      biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/ susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti:
a)      hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).
b)     pertumbuhan dan perkembangan individu.
2)      psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon psikologis dari klien.  Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
3)      sosial budaya.
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.
Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah:
1)      pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri.
2)      anak yang tidak menerima kasih sayang.
3)      individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.

4)      penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b.      Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: Harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.  Stressor yang mempengaruhi harga diri:
        Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti:
1)      pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut).
2)      kesalahan dan kegagalan berulang kali.
3)      cita-cita yang tidak dapat dicapai.
4)      gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

2.      Patofisiologi
Seorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain.  Individu mampu ketergantungan berlebihan pada orang lain.  kemudian dimunculkan dalam bentuk prilaku. (Stuart, et al, 1998)
Prilaku biasanya ditunjukan pada klien dengan harga diri rendah adalah kritik diri sendiri/ orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut.
Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan defresi.

Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien.
3.      Jenis Harga Diri Berdasarkan Waktu Kejadian
Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut Keliat (1998:24) dapat terjadi secara:
a.       situasional
Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).  Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:
1)      privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaa perineal).
2)      harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3)      perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b.      kronis
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat klien ini mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.


4.      Mekanisme Koping
Mekanisme koping gangguan konsep diri: Harga diri rendah dibagi menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang:
a.       jangka Pendek.
1)      Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2)      Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas.
3)      Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri.
4)      Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan.
b.      jangka Panjang
Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi, mengisar.
5.      Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik prilaku yang terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, DepKes RI (1998:35):
a.       perasaan negatif terhadap diri sendiri.
b.      menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu.
c.       mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya.
d.      mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
e.       menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.
f.       kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.
g.      destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.
h.      pembicaraan kacau.
i.        mengungkapkan adanya ketegangan peran.
j.        mudah tersinggung dan mudah marah.
k.      produktivitas menurun.
l.        pandangan hidup yang ekstrem.
m.    penolakan terhadap diri sendiri.
n.      mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o.      merasa tidak adekuat.
p.      keluhan fisik dan penyalahgunaan zat.
6.      Penatalaksanaan
Usaha pertama yang kita lakukan adalah membina hubungan rasa percaya.  Bila sudah didapatkan kontak mata, dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.  Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas kesadaran dirinya kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya.  Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus.
Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:
a.       farmakologi.
b.      terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki prilaku klien dengan harga diri rendah.
c.      rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
A.    Tinjauan Teoritis Keperawatan Harga Diri Rendah
1.      Pengkajian
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.  Isi pengkajian meliputi:
a.       identitas klien
1)      Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2)      Usia dan nomor rekam medik.
3)      Perawat menuliskan sumber data yang didapat.
b.      keluhan utama/ alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/ klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c.       faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidak pastian: gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.
d.      faktor presipitasi
       Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu menyelesaikannya.
1)      Stressor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri:
a)      hilangnya bagian tubuh.
b)      tindakan operasi.
c)      proses patologi penyakit.
d)     perubahan struktur dan fungsi tubuh.
e)      proses tumbuh kembang.
f)       prosedur tindakan dan terapi.
2)      Stressor Yang Mempengaruhi Harga Diri Dan Ideal Diri:
a)      Penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua dan orang yang berarti.
b)      Pola asuh yang tidak tepat.
c)      Kegagalan dan kesalahan berulang.
e.       mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek:
1)      aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2)      aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.
3)      aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri.
4)      aktivitas yang memberi arti dari kehidupan.
Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas dan keunikan individu.  Selanjutnya dapat menggunakan “Ego Oriented Reaction” yang bervariasi untuk melindungi diri.  Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme pertahanan diri sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat terjadi deviasi prilaku dan kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat, psikologis/ neurosis, bunuh diri.

1.      Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 1998:89) adalah:
a.       gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik.
b.      keputusasaan.
c.       isolasi sosial: menarik diri.
d.      resiko prilaku kekerasan.
e.       ketidak berdayaan.
f.       gangguan citra tubuh.
g.      perubahan penampilan peran.
h.      ideal diri tidak realistis.
i.        gangguan identitas personal.
2.      Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu:
a.       tujuan umum
Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai.
b.      tujuan khusus
Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa.  Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.  Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.
c.       rencana tindakan keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus.  Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya.  Menurut Gail WS (1998:313):
1)      psikoterapeutik
a)      Bina Hubungan Saling Percaya
(1)   Kenalkan nama, waktu kerja perawat pada klien.
(2)   Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakannya.
(3)   Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.
(4)   Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap pernyataan klien.
b)      Bantu Klien Memperluas Kesadaran Dirinya
(1)    Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangg, sekolah dan sebagainya.
(2)    Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya.
(3)    Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya.
c)      Membantu Klien Mengenal Kekuatan dan Kelemahannya
(1)    Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima kelebihan kekuatan yang dimilikinya.
(2)    Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang telah disebut oleh klien.
(3)    Bicarakan dengan klien kekurangan/ kelemahan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
d)     Bantu Klien Mengevaluasi Diri
(1)   Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih.
(2)   Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya, serta klien terhadap kegagalan tersebut.
(3)   Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.
e)      Bantu Klien Membuat Rencana yang Realistik
(1)   Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin dicapai.
(2)   Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.
(3)   Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.
f)       Bantu Klien Membuat Keputusan dan Mencapai Tujuan
(1)   Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
(2)   Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi penghargaan yang sesuai.
(3)   Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok.
(4)   Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien.
2)      pendidikan kesehatan
a)      Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.
b)      Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.
c)      Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap anggota keluarga.
d)     Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga lain.
e)      Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah
(1)   Karakteritik harga diri rendah.
(2)   Cara merawat klien.
(3)   Sistem rujukan dan fasilitas.
3)      kehidupan sehari-hari
a)      Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
(1)    Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatannya.
(2)    Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
(3)    Sajikan makanan secara menarik.
(4)    Pantau berat badan klien secara teratur.
b)      Bantu Klien Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan Kemampuannya
(1)   Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal.
(2)   Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
(3)   Beri kegiatan kepada klien secara bertahap.
(4)   Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.
4)      lingkungan terapeutik
a)      Lingkungan Fisik
(1)    Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
(2)    Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria, acara televisi berupa film komedi yang lucu.
(3)    Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus.
b)      Lingkungan Sosial
(1)    Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien).
(2)    Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek atau merendahkan.
(3)    Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana mestinya.
(4)    Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
3.      Evaluasi
Evaluasi menurut Stuart (1998:237):
a.       apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah, asal atau waktu?
b.      apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang lebih besar?
c.       apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat?
d.      apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi dan evaluasi diri?
e.       apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar