Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart, et al. 1998:319)
Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya.
Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak sosial dan pengalaman
berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat
berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual
dan penguasaan lingkungan. Konsep diri
negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon konsep diri (Stuart, et
al. 1998:320)
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep
Diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi
Diri Positif Rendah Identitas
Komponen
konsep diri, terdiri dari 5 bagian, yaitu:
a. gambaran diri (body image)
Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar yang mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b. ideal diri (self
ideal)
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku sesuai standar pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang
yang diinginkan).
c. identitas (identity)
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sebagai satu kesatuan yang utuh.
d. peran (role)
Pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e. harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
Jadi
pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak
berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa. (Direktorat Kesehatan
Jiwa DepKes RI, 1992)
1. Etiologi
Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan
balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan
ketidak berdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego,
faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak
adanya dukungan sosial.
a.
Faktor
Predisposisi yang mungkin mengakibatkan adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip
oleh Keliat:
1) biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/
susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti:
a) hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal,
temporal dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).
b)
pertumbuhan dan
perkembangan individu.
2) psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon
psikologis dari klien. Sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan
klien.
3) sosial budaya.
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan dan
kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.
Jadi faktor predisposisi dari gangguan
konsep diri: harga diri rendah:
1) pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor
kontribusi pada gangguan konsep diri.
2) anak yang tidak menerima kasih sayang.
3) individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.
4) penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis,
tergantung pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep
diri: Harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri:
♦
Penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti:
1) pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti,
dilarang, dituntut).
2) kesalahan dan kegagalan berulang kali.
3) cita-cita yang tidak dapat dicapai.
4) gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
2. Patofisiologi
Seorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan
interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Individu mampu ketergantungan berlebihan pada
orang lain. kemudian dimunculkan dalam
bentuk prilaku. (Stuart, et al, 1998)
Prilaku biasanya ditunjukan pada klien dengan harga diri rendah adalah
kritik diri sendiri/ orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang
lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri
sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan
hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari
realitas, cemas dan takut.
Harga diri rendah berhubungan dengan
hubungan interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan defresi.
Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya
stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan
sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif
terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya serta koping keluarga dalam
menghadapi situasi yang dialami klien.
3. Jenis Harga Diri Berdasarkan Waktu Kejadian
Gangguan harga diri yang disebut dengan
harga diri rendah menurut Keliat (1998:24) dapat terjadi secara:
a. situasional
Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba,
misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:
1) privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaa perineal).
2) harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3)
perlakuan
petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. kronis
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat klien ini mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping gangguan konsep diri:
Harga diri rendah dibagi menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping
jangka panjang:
a. jangka Pendek.
1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara
dari krisis.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti
identitas.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan
sementara terhadap konsep diri.
4)
Aktivitas yang
memberi arti terhadap kehidupan.
b. jangka Panjang
Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi untuk
melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi,
mengisar.
5. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau
karakteristik prilaku yang terjadi pada klien dan masalah utama harga diri
rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, DepKes RI (1998:35):
a. perasaan negatif terhadap diri sendiri.
b. menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan
tidak mampu.
c. mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan
tubuhnya.
d. mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi
sebagaimana mestinya.
e. menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.
f. kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.
g. destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.
h. pembicaraan kacau.
i.
mengungkapkan
adanya ketegangan peran.
j.
mudah
tersinggung dan mudah marah.
k. produktivitas menurun.
l.
pandangan hidup
yang ekstrem.
m. penolakan terhadap diri sendiri.
n. mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o. merasa tidak adekuat.
p.
keluhan fisik
dan penyalahgunaan zat.
6. Penatalaksanaan
Usaha pertama yang kita lakukan adalah membina hubungan rasa
percaya. Bila sudah didapatkan kontak
mata, dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan
yang baik seperti bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu
klien memperluas kesadaran dirinya kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan
kelemahannya. Bantu untuk mengevaluasi
diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat
keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke
rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus.
Penatalaksanaan klien dengan harga diri
rendah meliputi:
a. farmakologi.
b. terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi
rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki prilaku
klien dengan harga diri rendah.
c.
rehabilitasi
sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
A.
Tinjauan Teoritis Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Setiap melakukan pengkajian, tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
Isi pengkajian meliputi:
a. identitas klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat,
panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia dan nomor rekam medik.
3)
Perawat
menuliskan sumber data yang didapat.
b. keluhan utama/ alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/ klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan
oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan
atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima
akan mempunyai keraguan atau ketidak pastian: gagal mencintai dirinya dan
menggapai cinta orang lain.
d. faktor presipitasi
Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu
menyelesaikannya.
1) Stressor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri:
a) hilangnya bagian tubuh.
b) tindakan operasi.
c) proses patologi penyakit.
d) perubahan struktur dan fungsi tubuh.
e) proses tumbuh kembang.
f) prosedur tindakan dan terapi.
2) Stressor Yang Mempengaruhi Harga Diri Dan Ideal
Diri:
a) Penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua
dan orang yang berarti.
b) Pola asuh yang tidak tepat.
c) Kegagalan dan kesalahan berulang.
e. mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan dalam
jangka pendek:
1) aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara
dari krisis.
2) aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.
3) aktivitas yang memberi atau dukungan sementara
terhadap konsep diri.
4)
aktivitas yang
memberi arti dari kehidupan.
Mekanisme yang digunakan dalam jangka
panjang yaitu penyesuaian atau penyelesaian positif akan menghasilkan
integritas ego, identitas dan keunikan individu. Selanjutnya dapat menggunakan “Ego Oriented
Reaction” yang bervariasi untuk melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme
pertahanan diri sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan
semakin berat dapat terjadi deviasi prilaku dan kegagalan penyesuaian seperti:
penyalahgunaan zat, psikologis/ neurosis, bunuh diri.
1. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin dapat
disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 1998:89) adalah:
a. gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional
atau kronik.
b. keputusasaan.
c. isolasi sosial: menarik diri.
d. resiko prilaku kekerasan.
e. ketidak berdayaan.
f. gangguan citra tubuh.
g. perubahan penampilan peran.
h. ideal diri tidak realistis.
i.
gangguan
identitas personal.
2. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan terdiri
dari 3 aspek utama, yaitu:
a. tujuan umum
Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari
diagnosa, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat
dicapai.
b. tujuan khusus
Berfokus pada penyelesaian etiologi dari
diagnosa. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini
dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat
dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk
menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang
diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan efektif yang perlu
dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. rencana tindakan keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan yang
dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan
keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama dengan klien,
keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. Menurut Gail WS (1998:313):
1) psikoterapeutik
a) Bina Hubungan Saling Percaya
(1) Kenalkan nama, waktu kerja perawat pada klien.
(2) Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap
mendengarkan apa yang dikatakannya.
(3) Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.
(4) Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap
pernyataan klien.
b) Bantu Klien Memperluas Kesadaran Dirinya
(1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu
yang dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah
tangg, sekolah dan sebagainya.
(2) Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang
berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya.
(3) Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya.
c) Membantu Klien Mengenal Kekuatan dan Kelemahannya
(1) Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal
lima kelebihan kekuatan yang dimilikinya.
(2) Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan
yang telah disebut oleh klien.
(3) Bicarakan dengan klien kekurangan/ kelemahan yang
dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
d) Bantu Klien Mengevaluasi Diri
(1) Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih.
(2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab
kegagalan, cara mengatasinya, serta klien terhadap kegagalan tersebut.
(3) Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi
pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.
e) Bantu Klien Membuat Rencana yang Realistik
(1) Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin
dicapai.
(2) Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang
ingin dicapai.
(3) Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang
telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan
kembali.
f) Bantu Klien Membuat Keputusan dan Mencapai Tujuan
(1) Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
telah dipilih.
(2) Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai dengan
memberi penghargaan yang sesuai.
(3) Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok.
(4)
Beri dukungan
positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien.
2) pendidikan kesehatan
a) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan
untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.
b) Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan
menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.
c) Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan
tiap anggota keluarga.
d) Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam
berhubungan dengan anggota keluarga lain.
e) Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien
dengan harga diri rendah
(1) Karakteritik harga diri rendah.
(2) Cara merawat klien.
(3)
Sistem rujukan
dan fasilitas.
3) kehidupan sehari-hari
a) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
(1) Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup
penting untuk kesehatannya.
(2) Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan
meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
(3) Sajikan makanan secara menarik.
(4) Pantau berat badan klien secara teratur.
b) Bantu Klien Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan
Kemampuannya
(1) Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan
minimal.
(2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
(3) Beri kegiatan kepada klien secara bertahap.
(4)
Bimbing klien
melakukan asuhan mandiri.
4) lingkungan terapeutik
a) Lingkungan Fisik
(1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari
alat-alat yang digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
(2) Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan
poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria,
acara televisi berupa film komedi yang lucu.
(3) Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan
menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus.
b) Lingkungan Sosial
(1) Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan
tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien).
(2) Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan
kata-kata yang mengejek atau merendahkan.
(3) Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana
mestinya.
(4)
Jelaskan pada
keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
3. Evaluasi
Evaluasi menurut Stuart (1998:237):
a. apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem
diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah, asal atau waktu?
b. apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri,
nilai diri dan persetujuan diri yang lebih besar?
c. apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan
dikerahkan secara adekuat?
d. apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan
melakukan eksplorasi dan evaluasi diri?
e. apakah pasien menggunakan respon koping yang
adaptif?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar