kelompok

Jumat, 26 Oktober 2012


Isolasi sosial : menarik diri menurut Carpenito (1997 : 850) adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak, sedangkan menurut Townsend, (1995 : 152) isolasi sosial : menarik diri adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam.

Menarik diri menurut Rasmun (2001 : 18) adalah reaksi yang ditampilkan individu, dapat berupa reaksi fisik maupun psikologik. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar dari sumber stressor, sedangkan reaksi psikologik individu menunjukan apatis (acuh), mengisolasi diri tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan .

1.      Etiologi

Menurut Struart (1998 :446)  ada beberapa faktor yang mepengaruhi terjadinya gangguan isolasi sosial : menarik diri, antara lain :

a.       Faktor Predisposisi 

1)      Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama tumbuh kembang. Jika tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.

2)      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Pada kembar monozigot lebih besar risiko  gangguan jiwa dibandingkan dengan kembar dizegot.

3)      Faktor sosial budaya
Isolasi sosial dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya minoritas.

b.      Faktor Presipitasi.

1)      Stressor sosial budaya
a)      Menurunnya stabilitas unit keluarga.
b)      Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya : karena dirawat di rumah sakit. 

2)      Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengadopsi.

2.      Tanda dan Gejala.

Adapun karakteristik perilaku klien dengan menarik diri menurut Struart (1998 : 448) adalah :
a.         Klien kurang spontan, apatis.
b.         Kurang melakukan aktifitas.
c.         Sedih, afek tumpul.
d.        Kemunduran kesehatan fisik.
e.         Kurang merawat diri dan mempertahankan kebersihan diri.
f.          Perasaan tidak berguna, mengisolasi diri.
g.         Gangguan pemasukan makanan dan minuman.
h.         Tidak mau melakukan kontak mata.
i.           Tidur berlebihaan.
j.           Kurang energi (tenaga)
k.         Menolak berhubungan dengan orang lain.

3.      Penatalaksanaan Medis

Secara garis besar penatalaksanaan medik pada klien gangguan isolasi sosial : menarik diri menurut Mansjoer (1999 : 238) adalah  :
a.        Pendekatan per individu.
b.        Farmakoterapi (antipsikosis) harus ditunjang oleh psikoterapi.
Dalam memilih pertimbangan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.  Contohnya klorpromazin dan tiardazin yang efek samping sedatifnya kuat terutama digunakan untuk sindroma psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku, dan lain-lain.  Sedangkan trifluoperazin, flufenzin, dan haloperidol yang memiliki efek sedatif lemah digunakan untuk sindroma psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat, dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dan lan-lain.
Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran.  Dinaikan dosisnya setiap 2-3 hari sampai mencapai dosisi efektif (mulai timbul peredaan gejala).  Evaluasi dilakukan tiap dua minggu dan bila perlu dosis dinaikan, sampai mencapai dosis optimal.  Dosis ini dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi), kemudian diturunkan setiap dua minggu, sampai mencapai dosis peliharaan.  Dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi masa bebas obat 1-2 hari/minggu), kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2-4 minggu dean dihentikan.
Obat antipsikosis long action (flufenazin dekanoat 25 mg/ml atau heloperidol dekonoat 50 mg/ml im, untuk 2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis mulai dengan 0,5 ml setiap minggu pada bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 ml setiap bulan.
Penggunaan klorpromazin injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Bila terjadi atasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil im). Efek samping ini dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah suntik atau tiduran selama 5-10 menit.
Heloperidol sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal, maka diberikan tablet triheksifenidil (Artane) 3-4 x 2 mg/hari atau sulfat atropin 0,5-0,75 mg im.
c.        Satu macam  pendekatan terapi tidak cukup.

B.     Tinjauan Teoritis Keperawatan Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri


1.    Pengkajian
Menurut Keliat (1998 : 46) pengkajian klien dengan menarik diri dapat dilakukan dengan cara :

a.       Data Objektif

1)        Gangguan pemasukan makanan dan minuman.
2)        Kemunduran kesehatan fisik.
3)        Tidur berlebihan.
4)        Kurang energi (tenaga).
5)        Kurang perawatan diri.
6)        Tidak mempedulikan lingkungan sekitar.
7)        Tampak sering bersedih.
8)        Kegiatan/aktifitas menurun.
9)        Mondar-mandir atau sering terdiam.

b.   Data Subyektif

1)      Klien mengatakan malas untuk keluar.
2)      Klien mengatakan masih ingin tidur.
3)      Klien mengatakan tidak ingin makan.
4)      Klien mengatakan kurang bergairah.



2.    Masalah Keperawatan Dan Diagnosis Keperawatan.
Pada klien dengan masalah utama kerusakan isolasi sosial : menarik diri menurut Keliat, (1998 : 17) didapatkan masalah keperawatan sebagai berikut :
a.       Ganguan isolasi sosial : menarik diri.
b.      Perubahan persepsi sensori.
c.       Kekerasan, resiko tinggi.
d.      Harga diri rendah
e.       Intoleransi aktifitas
f.       Sindrom difisit perawatan diri.
g.      Koping keluarga inefektif : ketidakmampuan merawat klien dirumah.
h.      Ketegangan peran pemberi perawatan.
 
Adapun diagnosis keperawatan dari pohon masalah tersebut adalah :

a.       Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi.
b.      Perubahan persepsi sensori : halusinasi … berhubungan dengan menarik diri.
c.       Gangguan isolasi sosial  : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan turunnya kemampuan dan motivasi perawatan diri.

3.         Intervensi keperawatan

Adapun intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri (menurut kaliat,1998 : 19) adalah :

a.       Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi …….

      Tujuan Khusus I (TUK I)        : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan prinsif komonikasi terapeutik
      TUK II           :  Klien dapat mengenali halusinasinya.
      TUK III          :  Klien dapat mengontrol halusinasinya.
      TUK IV          : Klien mendapat dukungan dari keluarganya dalam mengontrol    halusinasinya.
      TUK V           :  Klien dapat memamfaatkan obat dengan baik

b.         Perubahan persepsi sensori : halusinasi …. berhubungan dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri.

      TUK I             : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsif komonikasi twerapeutik.
      TUK II           : Klien dapat menyebutkan penyebab dari menarik diri dan tanda-tanda dari menarik diri.
      TUK III          : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
      TUK IV          : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
      TUK V           : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
      TUK VI          : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien berhubungan dengan orang lain.
c.       Gangguan isolasi sosial : menarik  diri berhubungan dengan harga diri rendah.

      TUK I             : Klien dapat membina hubungan saling percaya    dengan prinsif komonikasi terapeutik.
      TUK II           : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
      TUK III          : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
      TUK IV          : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
      TUK V           : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
      TUK VI          : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

d.      Difisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kemampuan dan motivasi perawatan diri.

      TUK I             : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
      TUK II           : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawata.
      TUK III          : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
      TUK IV          : Klien dapat mempertahankan perawatan diri secara mandiri.
      TUK V           : Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

            Adapun rencana keperawatan menurut Rasmun (2001 : 89) meliputi :
a.       Psikoterapeutik
1)          Membina hubungan saling percaya.
2)          Berkomonikasi dengan klien secara wajar dan terbuka.
3)          Kenal dan dukung kelebihan klien.
4)              Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika berhubungan interpersonal.

b.      Pendidikan Kesehatan
1)               Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain  dengan kata-kata.
2)              Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
3)              Jelaskan dan anjurkan keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.

c.         Kegiatan hidup sehari-hari/Actifity Deily Living  (ADL)
1)      Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara mandiri.
2)      Bimbing klien untuk berpakaian yang rapi.
3)      Batasi kesempatan untuk tidur siang.

d.        Terapi Somatik
1)      Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar.
2)      Pantau reaksi obat pada klien.
3)      Catat pemberian obat dan pastikan apakah obat telah diminum.

e.         Lingkungan terapi terapeutik
1)      Fisik
a)      Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain diruangan klien.
b)      Catat agar klien tidak sendirian diruangannya dalam waktu yang lama.
c)      Beri rangsangan sensori seperti suara dan gambar hiasan yang ceria di ruangan klien.

2)      Sosial
a)      Libatkan klien dapat berinteraksi dengan perawat dan klien lain secara bertahap.
b)      Fasilitasi klien untuk berperan serta dalam terapi kelompok, okupasi rekriasi, serta terapi keluarga

4. Evaluasi

Evaluasi  menurut Keliat (1998 : 21) dari intervensi diagnosis keperawatan tersebut adalah :
        Klien dapat berinterasksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
        Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
        Klien dapat mengenal dan mengontrol halusinasinya.
        Klien dapat memulai percakapan dan mau melakuakan tatapan muka.
        Klien mampu mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat sehingga harga diri dan rasa percaya diri klien meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar