SESAK NAPAS DAN GAWAT NAPAS
DEFINISI
Sesak napas ialah sukar bernapas secara subyektif,
yaitu keluhan pasien, sedangkan gawat napas ialah sukar bernapas yang dinilai
secara obyektif oleh pemeriksa.
PENANGGULANGAN
SEGERA PADA KEADAAN YANG MENGANCAM NYAWA
Pada keadaan yang mengancam nyawa,
perlu dengan segera menilai derajat kegawatannya dan memberikan perawatan yang
diperlukan.
Langkah pertama pada penilaian sesak
napas atau gawat napas adalah dengan cepat menilai derajat kegawatan pasien dan
keadaan jantung serta laju napas (Respiration Rate) dan terutama bila timbul dalam waktu singkat
(beberapa menit sampai jam), maka dalam waktu bersamaan lakukan pemeriksaan
penilaian kegawatan dan terapi dengan cepat.
A. INFORMASI DIAGNOSTIK
Setelah oksigen mulai diberikan dan
keadaan yang mengancam nyawa teratasi, lakukan tindakan berikut untuk mencari
data kardiopulmoner :
1. Riwayat Trauma
2. Riwayat Asma
3. Riwayat penyakit singkat yang mengarah ke penyakit
kardiopulmoner, berdasarkan lamanya serangan sesak napas.
4. Catat obat-obat yang dipakai yang didapat dengan
resep dokter atau tanpa resep serta dosis obat yang digunaka.
5. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan lain-lain,
sesuai dengan indikasi.
6. Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kreatinin
serum dan ureum darah dan elektrolit serum, sesuai dengan indikasi.
7. Analisis gas darah serta pH darah, sesuai dengan
indikasi.
8. Foto toraks dan EKG, sesuai dengan indikasi.
B. TINDAKAN YANG SEGERA DILAKUKAN
1. Bebaskan jalan napas (Airway & Breathing)
2. Berikan oksigen (Breathing)
3. Pasang Infus (Circulation)
4. Pantau EKG.
Dari keterangan data diagnostik, biasanya penyebab
sesak napas dapat didiagnosa, dan terapi secara spesifik dapat diberikan.
SUMBATAN BERAT JALAN NAPAS ATAS
DIAGNOSIS
Perhatikan (Inspeksi) gerak dada dalam usaha inspirasi yang tidak
efektif, adanya retraksi suprasternal,
supraklavikular, intercostal atau epigastrial.
Dengarkan (Auskultasi) suara stridor waktu inspirasi dan ekspirasi. Sering disertai dengan sianosis dan penderita
tampak gelisah, yang menunjukkan adanya sumbatan berat jalan napas atas. Diagnosis dapat dipertegas dengan meminta
pasien untuk berbicara, pasien dengan
sumbatan berat jalan napas atas tidak mampu berbicara, walaupun berbisik.
PENGOBATAN
I.
Di luar rumah
sakit : Hilangkan kemungkinan benda
asing yang menyumbat dengan memukul
punggung pasien atau dengan melakukan kompresi dada dan abdomen menurut perasat
dari Heimlich, atau masukkan jari ke hipofaring untuk mengeluarkan benda asing.
II. Di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1. Segera dikerjakan laringoskopi langsung. Benda asing dapat dikeluarkan dengan memakai
cunam pada laringoskopi. Sumbatan
yang disebabkan oleh bekuan darah,
jaringan lunak atau edema lokal dapat dihilangkan dengan pemasangan pipa
endotrakea (Endotracheal Tube).
Bila diduga terdapat epiglotitis,
buat foto leher lateral, kalau tidak diperlukan intubasi endotrakea dengan
segera. Pada edema laring oleh reaksi
anafilaksis diberi pengobatan dengan adrenalin.
2. Terapi
pembedahan dilakukan bila sumbatan jalan napas atas tidak dapat diatasi
dengan intubasi endotrakea atau dengan mengeluarkan benda asing. Pada keadaan ini dilakukan tindakan
krikotiroidetomi atau trakeostomi.
SIKAP
Segera dirawat untuk pengobatan dan observasi.
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA STUPOR
ATAU KOMA
DIAGNOSIS
Stupor atau koma pada pasien dengan
gawat nafas berat biasanya disebabkan
oleh retensi CO2, atau hipoksia berat.
Bila mungkin , sebelum diberikan
napas atau oksigen , periksa dulu analisis gas darah.
PENGOBATAN
Bantuan ventilasi (sungkup ke balon
atau mulut ke mulut) harus diberikan sampai dapat dilakukan intubasi
endotrakea. Berikan oksigen 6 L/menit, melalui sungkup muka, kateter hidung
atau dengan mengunakan balon Ambu (Ambu-bag) dengan oksigen 10-15 L.
Segera setelah oksigenisasi dan
pertukaran CO2 sebagian terkoreksi dengan ventilasi buatan, pasien di intubasi.
Tindakan ini akan melindungi jalan napas (dengan mencegah aspirasi) dan
memungkinkan bantuan napas yang efektif.
SIKAP
Rawat untuk menegakkan diagnosis
penyebab dan pengobatan lebih lanjut.
ASPIRASI MASIF
DIAGNOSIS
Aspirasi masif ditemukan pada pasien
dengan muntah berat, dan pada pemeriksaan terdapat sisa-sisa makanan
dimulutnya.
Bila pasien dalam gawat napas dan
memerlukan tindakan dengan segera dalam keadaan yang mengancam nyawanya,
diperiksa analisis gas darah sambil memberikan tindakan dan pengobatan.
Perlu diketahui tidak ada pemeriksan
fisik yang dapat menggantikan penilaian analisis gas darah untuk menegakkan
diaknosis pasti.
Keadaan agitasi dan meracau
(delirium), walau bukan merupakan gejala yang khas, dapat sebagai akibat
hipoksia. Penyebab dasar dari hipoksia ini harus diketahui untuk penanggulangannya.
PENGOBATAN
Setelah jalan nafas dibebaskan
berikan oksigen 5 – 10 liter / menit melalui sungkup atau kateter hidung sambil
menunggu hasil analisis gas darah.
Umumnya pasien dengan sesak napas yang
disebabkan penyakit organik akan mengalami hipoksia. Dalam hal yang demikian perlu diberikan
oksigen, terutama bila PaO2 kurang dari 75 mmHg. Kecuali pasien dengan PPOM (Penyakit Paru
Obstruktif Menahun), oksigen diberikan
dengan aliran rendah (24% dengan ventimask, atau kateter hidung 1-2 liter /
menit), untuk mencegah retensi CO2.
Bila keadaan sudah stabil dilakukan
bronkoskopi untuk mengisap ke luar atau mengambil benda asing dari saluran
napas. Akan tetapi pada sumbatan jalan
napas oleh benda asing, bronkoskopi dilakukan terlebih dulu tanpa menunggu
keadaan stabil.
SIKAP
Rawat segera untuk diagnosis dan
pengobatan.
FLAIL CHEST
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
dada tergirik pasca trauma, biasanya tampak gerakan paradoksal iga-iga atau
sternum (tertekan ke dalam pada waktu inhalasi dan terdorong ke luar pada waktu
ekshalasi).
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen tambahan. Gunakan sungkup muka – balon untuk membantu
ventilasi pada pasien dengan hipoventilasi berat.
2. Intubasi endotrakea untuk membantu respirasi tidak
harus dilakukan, bila hasil pemeriksaan analisis gas darah cukup memuaskan (PO2
> 65 mmHg dan PCO2 < 44 mmHg).
Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
3. Berikan obat analgesia dan awasi tanda depresi
napas. Obat analgesia misalkan morfin 1
– 4 mg IV, obat ini jangan diberikan bila terdapat ancaman gagal napas.
SIKAP
Semua pasien trauma dengan dada
tergirik (flail chest) memerlukan perawatan dengan segera dan dilakukan fiksasi
iga.
KELEMAHAN OTOT PERNAPASAN
DIAGNOSIS
Pasien dengan sesak napas atau gawat
napas yang berhubungan dengan penyakit neuromuskular progresif biasanya
mengalami hipoventilasi (analisis gas darah menunjukkan hipoksia dan hiperkapnea)
dan kadang-kadang secara obyektif terdapat pula kelemahan kelompok otot yang
lain. Beberapa kemungkinan penyebab
adalah Sindroma Guillain Barre,
Miastenia Gravis, Paralisis Periodik, dan Botulismus.
PENGOBATAN
DAN SIKAP
Keluhan sesak napas pasien diperhatikan
dan evaluasi keadaan inspirasi dengan memeriksa analisis gas darah dan uji
fungsi paru (misalnya pemeriksaan kapasitas vital dan usaha inspirasi
maksimal). Intubasi tidak harus
dilakukan bila hasil analisis gas darah cukup baik. Terapi spesifik harus difokuskan pada
penyakit neuromuskular yang menyebabkan kelemahan otot pernapasan. Pasien harus segera dirawat.
PNEUMOTORAKS
DIAGNOSIS
Pasien dengan pneumotoraks, sering
datang dengan nyeri dada dan gawat napas berat, pada perkusi terdengar nyaring
(hipersonor atau timpani) di sisi paru yang terkena, dan pada auskultasi didapatkan suara napas
melemah atau hilang sama sekali di sisi paru yang terkena. Tingkat sesak napas atau gawat napas
tergantung pada besarnya kolaps paru dan besarnya tekanan (terutama pada
tension pneumothorax). Pada foto toraks
tampak jaringan paru kolaps dan didalam rongga pleura terdapat udara. Sejumlah kecil cairan mungkin juga terdapat
dalam rongga pleura (Fluidopneumothorax).
Tension Pneumothorax menunjukkan
gejala yang sama dan pada foto toraks sering tampak rongga mediastinum yang
terdorong dari sisi yang terkena.
PENGOBATAN
Pada pneumotoraks bilateral atau
tension pneumothorax (pneumotoraks
tekan) unilateral, merupakan indikasi untuk melakukan torakostomi dengan
segera, walaupun pasien tampaknya stabil, karena selalu mungkin terjadi
perburukan yang mendadak.
Torakostomi dilakukan dengan cara
menusukkan jarum 14 – 16 F di sela iga II di garis klavikula tengah (mid-claviculair).
Pada pasien dengan pneumotoraks
simpel yang unilateral (bukan tension pneumothorax) lebih baik sebelum dirawat dipasang dulu pipa
torakostomi (WSD) di IGD. Pasien dengan
pneumotoraks ringan, pipa torakostomi/WSD dipasang secara elektif. Bila pneumotoraks tidak luas, resolusi dapat terjadi secara
spontan.
SIKAP
I.
Pasien yang
mendapat pipa atau jarum torakostomi, termasuk pasien dengan tension
pneumothoraks atau pneumotoraks bilateral segala jenis, perlu segera dirawat.
II. Pasien dengan pneumotoraks ringan, ukuran kecil
sampai sedang, diobservasi untuk beberapa hari tanpa pipa torakostomi/WSD untuk
melihat apakah keadaannya stabil atau telah mendapat perbaikan.
PNEUMOTORAKS TEKAN / PNEUMOTORAKS
PENTIL / TENSION PNEUMOTHORAX.
DIAGNOSIS
Gawat napas berat yang berhubungan
dengan pneumotoraks pentil, biasanya terjadi pada kecelakaan (trauma tumpul
ataupun trauma tajam toraks). Pada
keadaan ini terdapat hipersonor pada hemitoraks yang terkena, dengan suara
napas yang melemah atau bahkan hilang sama sekali, hipotensi serta vena leher
melebar. Bila waktu memungkinkan, diagnosis
klinis dapat dipertegas dengan membuat foto toraks, tampak trakea terdorong dan
jaringan paru yang kolaps. Dalam hal ini
foto toraks sudah cukup untuk diagnosis.
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen melalui sungkup muka atau kateter
hidung.
2. Pasang pipa torakostomi / WSD. Untuk tindakan torakostomi segera, bila alat
untuk memasang pipa torakostomi belum tersedia, gunakan jarum besar dengan
ukuran No. 14 – 16. Resiko pemasangan
pipa torakostomi tanpa pemeriksaan foto toraks haruslah dipertimbangkan
terhadap beratnya gawat napas dan kepastian diagnosa klinis. Bila tindakan itu
dilakukan dengan tepat, resiko pemasangan torakostomi sangat rendah, walaupun
pada pasien tanpa pneumotoraks.
SIKAP
Pasien segera dirawat.
HIDROTORAKS DAN HEMATOTORAKS
DIAGNOSA
Cairan didalam rongga pleura mengakibatkan paru
kolaps. Sejumlah kecil udara yang mungkin ada, dapat juga menyebabkan keadaan
itu. Pasien mengeluh sesak napas atau pada pemeriksaan foto toraks tampak gawat
napas, sedangkan pada perkusi terdengar pekak pada sisi yang terkena dan pada
auskultasi terdengar suara napas melemah atau hilang. Dibuat foto toraks untuk
menentukan diagnosis.
PENGOBATAN
I.
Hidrotoraks :
Bila sesak timbul mendadak dan diduga sebagai akibat hidrotoraks, segera
lakukan drainase, dengan mempergunakan jarum atau kateter kecil, bila cairan serosa. Tetapi
bila fusi kental (purulen) diperlukan pipa torakostomi. Pada satu kali pungsi, cairan yang
dikeluarkan jangan lebih dari 1 – 2 liter, karena resiko terjadinya ekspansi
paru. Cairan dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan analisis (pH, berat jenis, hitung sel, glukosa, protein, laktat
dehidrogenase, dan amilase), kultur (untuk Mikrobakterium tuberkulosa dan kuman
lain), serta pemeriksaan sitologik.
II. Hematotoraks :
Pada hematotorak yang disebabkan oleh trauma sebaiknya dilakukan
torakosentesis atau pemasangan torakostomi (atau keduanya) setelah pasien
dirawat.
SIKAP
Perawatan diperlukan untuk semua pasien, kecuali
yang dengan efusi pleura kronik yang diketahui penyebabnya.
EMBOLI PARU AKUT
DIAGNOSIS
Pasien dengan emboli paru akut dan
infark, biasanya mengalami sesak napas, takipnea, nyeri dada, takikardia,
hipoksia dan hipokapnia. Mungkin ada
demam subfebril, batuk, hemoptisis dan mengi (wheezing). Pada foto toraks tampak infiltrat paru, dan
kadang-kadang dengan efusi pluera.
Pasien dengan emboli paru harus
dibedakan dengan infark jantung.
Keduanya mempunyai gejala yang hampir sama, tetapi pada infark jantung
sering tanpa infiltrat paru, demam dan hemoptisis. Pada emboli paru masif, lebih sering
ditemukan nyeri dada anterior hebat,
sesak napas, hipoksia berat, sinkope dan syok.
Pasien dengan endokarditis sisi
kanan dan penyebab lain dari emboli paru septik, biasanya terdapat demam tinggi
dan menggigil yang ada hubungannya dengan gejala emboli paru. Pada pemeriksaan foto toraks sering tampak
infiltrat berbercak banyak (multipel) yang sering berkavitas setelah beberapa
hari sakit.
Pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
terdapatnya pintasan paru (A
- aDO2 = perbedaan isi oksigen dalam
alveolus dan arteri) yang tinggi.
Pemeriksaan CT-scan paru (tomogram
komputer paru) dengan ventilasi perfusi
yang normal menyingkirkan diagnosis emboli paru, sedangkan angiografi paru yang
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah emboli dapat dipakai untuk menyingkirkan
atau menegakkan diagnosis.
PENGOBATAN
1. Berikan Oksigen
2. Berikan analgesik untuk menghilangkan nyeri
3. Obati syok (bila ada)
4. Heparin harus mulai diberikan (kecuali bila ada
kontra indikasi mutlak) pada emboli yang diduga kuat. Jangan berikan heparin pada kasus yang diduga
emboli septik.
SIKAP
Pasien yang diduga atau jelas emboli
paru, memerlukan perawatan.
ATELEKTASIS MASIF
DIAGNOSIS
Atelektasis paru adalah kolapsnya
alveolus yang tidak disebabkan oleh pneumotoraks atau hidrotoraks. Pada sisi yang terkena gerakan dada
berkurang, perkusi pekak, dan suara napas melemah atau hilang. Sesak napas, takikardia dan sianosis mungkin
ada. Secara radiologik kelainan tampak
berupa peningkatan densitas pada paru yang kolaps dengan volume berkurang dari
hemitoraks yang terkena, penyempitan sela iga, hemidiafragma meninggi, dan
mediastinum tertarik ke sisi yang terkena.
PENGOBATAN
Pada kasus atelektasis masif jarang
terjadi gagal napas. Bila tidak ada
gagal napas, tidak diberikan oksigen sampai ada hasil analisis gas darah. Bila terdapat gagal napas maka diperlukan
pemberian oksigen yang biasanya juga dengan bantuan ventilasi. Tindakan ini harus sudah mulai diberikan di
IGD.
SIKAP
Perawatan diperlukan, kecuali bila
diketahui bahwa proses penyakit adalah kronik atau nonprogresif.
EDEMA PARU
DIAGNOSIS
Pasien dengan edema paru mengalami
sesak napas, yang pada kasus berat sering terdapat batuk dengan sputum berbusa
berwarna merah muda. Pada pemeriksaan
auskultasi terdapat ronki, dan selalu terdapat infiltrat bilateral pada foto
toraks. Jarang sekali demam. Pada edema paru kardiak, gejala lain dari
dari gagal jantung biasanya ada, yaitu ortopnea, takikardia, vena leher melebar
(peningkatan JVP), reflek hepatojugular, edema perifer, kardiomegali, atau
gallop ventrikuler. Mengi (wheezing)
mungkin ada, menandakan adanya asma kardial.
Edema paru non kardiak dapat
disebabkan oleh overdosis obat (terutama heroin), inhalasi asap atau gas
beracun, bakterimia, syok dan uremia.
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
2. Pengobatan lain (kausatif) tergantung pada
diagnosisnya, edema paru kardiak atau non kardiak. Pengobatan untuk mengurangi edema paru
biasanya dengan menggunakan diuretik.
SIKAP
Pasien dengan sesak napas oleh karena
edema paru akut memerlukan perawatan.
Pasien dengan edema paru kronik, ringan dan rekuren (biasanya kardiak)
dapat diobati dengan cara rawat jalan.
PNEUMONIA
DIAGNOSIS
Pasien dengan pneumonia umumnya
dengan riwayat demam dan batuk. Sesak
napas merupakan gejala sekunder atau lanjut.
Biasanya terdapat sputum purulen dan nyeri dada pleuristik. Pada anak, demam dan batuk merupakan gejala
yang tetap.
Pada pemeriksaan fisik, terdapat
pasien panas dengan pemeriksaan paru didapatkan perkusi pekak dan ronki
terlokalisasi. Tanda ini ada hubungannya
dengan tanda konsolidasi.
Pada foto toraks terdapat satu atau
lebih infiltrat paru, kecuali pada
pasien dengan pneumonia pada stadium dini.
Pada pemeriksaan darah rutin dapat ditemukan leukopenia.
PENGOBATAN
Berikan antibiotik yang sesuai
dengan keadaan klinik dan hasil pemeriksaan mikrobiologik sputum dengan
pewarnaan gram. Antipiretik dan
mucolitik dapat diberikan sesuai kebutuhan.
SIKAP
Rawat semua pasien yang sakit berat,
yaitu pasien yang berusia sangat muda atau sangat tua, pasien yang menderita
juga penyakit berat lainnya dan pasien dengan pneumonia yang tidak diketahui
penyebabnya.
Pasien remaja dan dewasa muda dengan
penyakit virus ringan, mikoplasma atau pneumonia pneumokokus dapat diobati dengan
rawat jalan.
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN
(PPOM) DAN FIBROSIS KISTIK
DIAGNOSIS
Pada kelainan ini, aliran udara
ekspirasi cenderung berkurang lebih dari aliran inspirasi. Pasien dengan sesak napas yang disebabkan
oleh penyakit jalan napas ini biasanya mempunyai riwayat sesak napas dan
mengetahui keadaan penyakitnya.
DIAGNOSIS
Batuk adalah gejala yang tersering,
walaupun produksi sputum bervariasi.
Umumnya terdengar mengi pada auskultasi, yang jelas sekali pada
ekspirasi paksa.
Pasien dengan penyakit jalan napas
kronik, terutama pada fibrosis kistik, mempunyai dada yang menonjol
(hiperinflasi). Kadang-kadang pasien
dengan penyakit jalan napas obstruktif berat, mungkin mempunyai paru dengan
volume pasang surut (tidal volume) yang tidak cukup untuk menimbulkan suara
mengi (wheezing). Pada kasus yang
demikian ini, hasil pemeriksaan yang utama adalah hiperekspansi dada dan suara
napas sangat melemah.
PENGOBATAN
Tindakan berikut dapat digunakan
dengan aman di IGD, walaupun diagnosis kurang tepat :
1. Berikan oksigen (hati-hati pada PPOM, harus dengan
aliran yang rendah)
2. Rehidrasi dengan cairan peroral atau parenteral
3. Bronkodilator
4. Fisioterapi untuk mengeluarkan mukus.
SIKAP
Pasien dengan sesak napas berat,
atau berubah menjadi lebih berat dengan cepat dan pasien yang tidak ada
perbaikan pada pengobatan selama di IGD, harus dirawat.
ASMA BRONKIAL
Pada Asma
bronkial terdapat periode spasme bronkus dan hipersekresi mukus dengan
diselingi oleh masa bebas serangan. Pada masa bebas serangan pasien merasa
sehat kembali.
Selama serangan, spasme bronkus dan
hipersekresi mukus terjadi bersama-sama, sehingga menyebabkan sumbatan jalan
napas dan udara terperangkap didalam paru.
Berbagai keadaan dapat merupakan
faktor penyebab serangan asma, seperti adanya infeksi saluran napas,
obat-obatan(aspirin, antiinflamasi nonsteroid), makanan, kegiatan fisik yang
berlebihan, stres emosi, terhirup zat yang merangsang, pekerjaan yang menyebabkan
polusi (debu), gas dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Gejala yang biasa ditemukan ialah
sesak napas dan batuk. Bila sudah sering terjadi serangan asma. Terdapat bunyi
mengi (wheezing) ketika bernafas.
Berdasarkan beratnya serangan, asma
bronkial dibagi atas asma ringan, sedang dan berat.
Pasien sesak nafas dan gelisah. Pada
asma berat terdapat juga takikardi dengan denyut jantung lebih dari 120 per
menit. Pada keadaan yang lebih berat lagi terdapat juga pulsus paradoksus yang
lebih dari 10 mm Hg. Hal ini menunjukan adanya uasah yang intensif.
Biasanya terdengar ekspirasi yang
memanjang serta mengi, meskipun tanfa stetoskope. Bila terdapat hiperkapnia
yang berat akan terdapat sianosis.
PENGOBATAN
Pengobatan sama dengan penyakit
obtruksi jalan napas lain:
1. Pemberian Oksigen
2. Obat simpatomimetik : epinefrin. Pada pemberian
epinefrin harus berhati-hatipada orang tua yang umurnya lebih dari 50 tahun,
pasien dengan penyakit jantung koroner dan pada pasien dengan takikardi.
Epinfrin diberikan pada asma ringan dan sedang.
3.
Aminopilin,
biasanya diberikan pada asma sedang dan berat. Obat ini diberikan dalam bonlus
5-6 mg/kg BB IV dalam 100 ml dekstrose 5 % . diberikan perlahan-lahan selama 30
menit, bila pasien tidak meminum obat teofilin atau derivatenya selama 1-2 hari
terakhir. Kemudian diberikan secara kontinyu :
a. Pada dewasa muda yang perokok diteruskan 1
mg/kgbb/jam selama 12 jam, dan seterusnya 0,8 mg/kg BB/jam.
b. Pada dewas muda yang tidak perokok diberikan 0,7
mg/kgBB per jam selama 12 jam, dan seterusnya 0,5 mg/kgBB/jam.
c. Pada orang tua diteruskan dengan 0.5 mg/kg BB/jam
selama 12 jam, kemudian diteruskan diteruskan dengan 0,3 mg/kgBB/jam.
d. Pada pasien dngan gagl jantung atau gagal hati
diberikan 0,5 mg/kg BB/jam.
Untuk pasien yang sebelumnya telah mendapat
teopolin, dosis aminofilin dikurangi. Pada pengobatan jangka panjang perlu
dilakukan pemeriksaan kadar teopilin dalam darah.
4. Kortikostiroid.
Mekanisme kostikostiroid pada asma bronkial belum
diketahui dengan jelas. Diduga bersipat bronkodilator. Kostikostiroid diberikan
bila serangan asma berat, atau sebelum nya telah mendapat obat kostikostiroid.
Cara memeberikannya :
a. Metilprednisolon 20-50 mg IV dengan cepat, kemudian
20 mg IV tiap 4-6 jam.
b. Prednison oral dengan dosis yang seimbang, juga
efektif seperti mtil prednisolon.
Refrensi
:
1.
Isnandar N.
Pertolongan pertama pada penanggulangan benda asing. Dalam Tjoronegoro A. ed.
Kedauratan dan kegawatan medik II FKUI 1982:59
2.
Iskandar N, Hermani B,
Oka IB. Cedera pada laring dan trakea dalam : Tjokronegoro A, ed Kedaruratan
dan kegawatan Medik II FKUI 1982 : 51.
Milis J. Dyspnea & Respiratory Distress. In:
Mills J, Ho MT, Trunkey DD Curren Emergency Diagnosis & treatment. USA:
Lange Medical Publications:1983 :45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar